PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi ini dilatarbelakangi oleh suatu
kenyataan bahwa berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa diperlukan untuk
berbagai keperluan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang akan lakukan dalam
perkuliahan ini berbentuk simulasi, praktek berbicara yang sesungguhnya, dan
pemberian atau penerimaan umpan balik. Kegiatan tersebut dilakukan secara
perorangan, berpasangan, dan berkelompok.
Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara secara terpadu, fungsional, dan
kontekstual. Artinya, setiap materi yang diberikan selalu dikaitkan dengan
usaha peningkatan keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan menulis) dan
pengetahuan bahasa (kosakata dan struktur). Selain itu, agar pengajaran ini
bersifat fungsional dan kontekstual maka materi yang diberikan berupa bahan
pengajaran yang betul-betul bermakna bagi kita
sebagai mahasiswa maupun calon guru, seperti bercerita, berdialog,
berpidato/berceramah, dan berdiskusi.
B. Rumusan Masalah
A. Apa hakikat berbicara?
A. Apa hakikat berbicara?
- Bagaimana menganalisis situasi dan pendengar?
- Bagaimana menyusun bahan berbicara untuk presentasi?
D. Bagaimana berbicara
untuk seminar dan situasi formal?
C. Tujuan makalah
A. Untuk mengetahui apa
konsep tentang berbicara.
- Untuk mengetahui bagaimana menganalisis situasi dan pendengar.
- Untuk mengetahui bagaimana menyusun bahan berbicara untuk presentasi.
- Untuk mengetahui bagaimana berbicara untuk seminar dan situasi formal.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Berbicara
Berbicara merupakan salah satu
keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering
memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena komunikasi lebihm efektif jika dilakukan dengan berbicara.
Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Tarigan (1986: 3) mengemukakan bahwa
berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan orang tersebut.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:
144) berbicara adalah suatu berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan
pendapat, dengan berbicara manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan, perasaan
kepada orang lain sehingga dapat melahirkan suatu interaksi.
Berdasarkan beberapa pengertian yang
dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu kemampuan
seseorang untuk bercakap-cakap dengan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk
menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan untuk melahirkan
interaksi kepada orang lain.
B.
Menganalisis Situasi Pendengar
Sebelum
mulai berbicara, pembicara harus menganalisa situasi yang mungkin akan
berlangsung ketika pembicara sedang melakukan presentasi. Dalam menganalisa
situasi ini, akan muncul persoalan-persoalan sebagai berikut:
a. Apa maksud hadirin berkumpul dalam pertemuan itu? Apakah
pembicara menghadapi anggota-anggota perkumpulannya atau suatu massa yang
berkumpul dengan maksud tertentu? atau apakah mereka berkumpul hanya secara
kebetulan saja?
b. Adat istiadat apakah yang mengikat mereka? Apakah mereka berani
dan senang mengajukan pertanyaan? Lebih suka manakah mereka antara pembicaraan
formal ataukah informal?
Selain beberapa hal yang telah disebut di atas, pembicara juga
perlu menganalisa pendengar. Dalam menganalisa pendengar ada beberapa topik
yang dipakai.
a.
Data
umum.
Data umum
meliputi: jumlah hadirin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik
atau sosial.
b.
Data
khusus.
Data khhusus meliputi: pengetahuan
pendengar mengenai topik yang akan dibawakan, minat dan keinginan pendengar,
sikap pendengar.
Bila pembicara bisa menjawab semua pertanyaan yang ada, maka dapat
dikatakan pembicara telah bisa menganalisa situasi pendengar yang mungkin akan
dihadapi selama presentasi berlangsung.
C.
Menyusun Bahan Berbicara untuk Presentasi
Dalam
menyusun bahan berbicara untuk presentasi dapat dilakukan melalui tiga tahap
yaitu: mengumpulkan bahan, membuat kerangka karangan, dan menguraikan secara
mendetail. Selain tiga hal di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
saat presentasi. Hal-hal tersebut ialah:
1.
Bagaimana
berhasil dalam presentasi.
2.
Komunikasi
efektif.
3.
Menyiapkan
materi yang akan disampaikan.
4.
Teknik
berbicara dalam presentasi.
5.
Tanggung
jawab pembicara.
6.
Kesalahan
besar pembicara.
1.
Bagaimana berhasil dalam presentasi
MS
Hidayat, mengutip dari Larry King, memberi enam filtur pembicara yang terbaik,
yaitu:
a.
Memiliki
cakrawala yang luas.
b.
Peka
dan peduli terhadap respon pendengar.
c.
Memiliki
rasa ingin tahu yang kuat dan kemauan tinggi untuk menggali ilmu.
d.
Dapat
beradaptasi dengan para pendengar.
e.
Memiliki
selera humor.
f.
Memiliki
gaya khas dalam bericara.
2.
Komunikasi efektif
Komunikasi
yang efektif dapat tercapai apabila maksud pesan yang disampaikan oleh
pembicara dapat dipahami baik oleh pendengar, dan pendengar memberi umpan
balik(feedback) sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembicara.
3.
Menyiapkan materi yang akan disampaikan
Paling tidak ada lima hal yang perlu dipersiapkan sebagai materi
presentasi, yaitu:
a.
Topik
atau subyek yang akan dibicarakan.
b.
Tujuan
umum, tujuan khusus, dan inti pembicaraan.
c.
Pendahuluan
(introduction).
d.
Batang
tubuh.
e.
Kesimpulan/penutup
(conclusion).
4.
Teknik berbicara dalam presentasi
Menurut
beberapa pakar public speaking, seorang pembicara perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini:
a.
Pendekatan
dan permulaan.
b.
Mengatasi
kegugupan di depan panggung.
c.
Membuat
pendengar tertarik dengan apa yang
disampaikan.
d.
Menjaga
ketepatan berbicara, kejernihan,dan volume suara.
e.
Mempercayai
diri sendiri.
f.
Memperbanyak
perbendaharaan kata.
g.
Memberi
tekanan dalam pembicaraan dan bersemangat.
h.
Tepat
waktu.
i.
Memiliki
kelancaran dalam berbicara dan rasa humor.
j.
Berbicara
dengan wajar dan menyenangkan.
k.
Menggerakkan
tubuh secara alami.
l.
Memakai
pakaian yang sopan.
m.
Penutupan
dan pengakhiran.
5.
Tanggung jawab pembicara
Pembicara
yang sedang berbicara di depan umum memiliki tanggung jawab, oleh karena itu
ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembicara, yaitu:
v Pembicara harus memiliki etika yang baik.
v Pembicara hendaknya tidak mengejek atau menyudutkan kelompok
tertentu.
v Pembicara harus berupaya untuk memberikan suatu pengetahuan
intelektual yang menakjubkan serta hiburan yang dapat mengalihkan pendengar
dari aktifitas atau pekerjaan sehari-hari.
v Pembicara yang baik akan melakukan yang terbaik.
6.
Kesalahan besar pembicara
Menurut
Hamilton Gregory, survei membuktikan, ada lima kesalahan besar yang sering
dilakukan oleh pembicara di Amerika Serikat di depan publik, yaitu:
Ø Kesalahan dalam menyiapkan bahan pembicaraan sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan pendengar.
Ø Kekurangan dalam persiapan.
Ø Penyampaian materi yang terlalu banyak.
Ø Kesalahan dalam memelihara kontak mata.
Ø Pembicaraan yang tumpul.
D.
Berbicara untuk Seminar dan Situasi Formal
D.1
Berbicara untuk seminar
Berdasarkan
keefektifitasnya, seminar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu seminar
yang efektif dan seminar yang tidak efektif. Dalam seminar yang tidak efektif,
meskipun pada akhirnya pendengar memberikan penghargaan dengan tepuk tangan
yang gemuruh, pendengar yang sama mungkin keluar dari ruangan sambil bertanya
pada diri sendiri, apa yang seharusnya dilakukan agar waktu yang baru saja
berlalu dapat dimanfaatkan lebih baik lagi. Sebaliknya, seminar yang efektif
merupakan wahana komunikasi dua arah (timbal balik) dan bermanfaaat bagi
penyaji maupun pendengarnya.
1.
Seminar
yang tidak efektif
Menurut
praktisi, alasan utama terjadinya seminar tidak efektif adalah penyaji yang
menganggap ringan upaya-upaya yang perlu dilakuakn untuk menghasilkan seminar
yang efektif, atau dengan kata lain penyaji kurang mempersiapkan diri dengan
baik. Untuk menjadi penyaji yang efektif, penyaji harus banyak belajar. Bahkan
upaya-upaya yang lebih luas perlu dilakukan untuk menentukan pilihan topik yang
diminati. Penyaji membutuhkan kemampuan untuk meramu teknik beerbicara dengan
penyajian yang baik, termasuk penggunaan alat peraga.
2.
Seminar
yang efektif
Definisi
sseminar yang lebih bebas adalah seminar merupakan pertemuan untuk pertukaran
ide dalam bidang tertentu. layak dicatat bahwa kata pertukaran berarti member
dan menerima secara berbalasan. Dengan kata lain, seminar harus member manfaat
baik bagi penyaji maupun pendengar. Namun, hal ini hanya akan terjadi bila
peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat
bergantung pada topik ilmiah penyaji dan teknik penyajian.
v Penyaji yang efektif
Penyaji
yang efektif adalah orang yang mampu membuat penyajiannya vital dan bebas dari
unsur-unsur pengganggu. Kriteria ini mampu membuat penyaji mempertahankan
suasana atau hubungan komunikatif antara penyaji dengan pendengarnya.
v Menyiapkan seminar
Tahap pertama yang dilakukan adalah menata informasi dalam bentuk
outline, kemudian mengembangkan liputannya dalam bentuk kerangka konsep naratif
dengan menata seluruh ide secara kronologis dan sistematis.
Setelah alur ide tersusun, tahap berikutnya adalah menyisipkan
data/fakta/ringkasan informasi yang akan disampaikan. Apabila konsep naratif
telah dikembangkan, maka saatnya untuk berpikir alat peraga (visual aids) yang
akan digunakan untuk menggambarkan informasi tersebut. Alat peraga yang paling
sederhana dan umum digunakan adalah slide dan OHP transparansi; atau pada era
saat ini adalah dengan langsung menggunakan komputer yang dilengkapi dengan
transformator-proyektor; dengan programnya antara lain Microsoft power point.
Tips dalam penyajian seminar untuk membantu kelancaran seminar dan
penyaji mampu menguasai “suasana seminar” perlu diperhatikan beberapa hal pada
saat penyaji berbicara di depan peserta seminar, yaitu:
a.
Kontak
mata e.
Penggunaan catatan
b.
Intonasi
suara f. Lama
penyajian
c.
Sikap
penyaji g.
Antusiasme penyaji
d.
Penggunaan
tata bahasa h. Penampilan
umum (membangkitkan rasa hormat)
v Materi seminar
Materi seminar umumnya berupa ulasan, yang biasanya diminta untuk
sesi gabungan dan hasil-hasil penelitian primer. Penyusunan materi ulasan
setelah judul, penulis, institusi pelaksana, dan pendahuluan pada umumnya,
biasanya bersifat bebas bergantung pada topik bahasan. Untuk materi hasil
penelitian primer, biasanya lebih baku dan tersusun sebagai berikut:
Ø Judul
Ø Penulis
Ø Institusi Pelaksana
Ø Pendahuluan
Ø Tujuan dan Hipotesis
Ø Metodologi
Ø Hasil dan Pembahasan
Ø Kesimpulan dan Saran
v Alat Bantu Peraga (visual aids)
Alat bantu peraga (ABP) memiliki peranan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu penyajian dan oleh karena itu diperlukan persiapan yang
matang serta hati-hati dalam pembuatan ABP. Alat bantu peraga dapat membantu
mencapai hasil yang diharapkan apabila:
Ø Mampu menjelaskan ide yang terkandung dalam materi pembahasan
Ø Mampu menekankan topik-topik yang ingin disampaikan
Ø Meningkatkan minat dan perhatian peserta seminar
Alat bantu peraga yang tidak memenuhi kriteria tersebut, mungkin hanya akan membuat
peserta seminar mengalihkan perhatiannya atau bahkan tertidur. Berbagai jenis ABP
yang paling umum digunakan adalah slidedan transparansi, karena dianggappaling
murah, ketersediaan bahan mudah didapat, pembuatannya mudah dan praktis.
Peralatan yang lebih canggih adalah computer dan perlengkapannya, dengan
program khusus untuk penyajian, misalnya MS. Power Point. Namun, selain mahal
dan membutuhkan keterampilan dalam operasionalnya, tak semua institusi memiliki peralatan ini, sehingga tidak
menjadi praktis. Dalam pembuatan ABP sendiri ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
(a)
Besar-kecilnya
huruf/angka yang digunakan
(b)
Tata
letak kalimat
(c)
Tabel
dan grafik
(d)
Kombinasi
warna (jika digunakan), dan juga
(e)
Intensitas
cahaya dalam ruang seminar
Penyebab kegagalan yang paling sering terjadi dalan penyajian ABP
adalah:
a.
Terlalu
banyaknya materi dalam satu ABP dan
b.
Adanya
anggapan bahwa apa yang dibaca dalam bentuk cetakan (missal buku atau majalah),
juga bisa dibaca dalam bentuk slide/transparansi
D.2
Berbicara dalam situasi formal
Berbicara
dalam situasi formal, tidaklah semudah yang dibayangkan orang, walaupun secara
ilmiah setiap orang mampu berbicara. Namun, berbicara formal atau situasi resmi
sering meninggalkan kegugupan sehingga gagasan yang dikemukakan tidak teratur
dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur. Bahkan ada yang tidak berani
berbicara sama sekali.
Berbicara
dalam situasi yang formal memerlukan persiapan dan menuntut keterampilan.
Kemampuan ini tidak dapat hanya dicapai begitu saja, tetapi menuntut bimbingan
dan latihan yang intensif.
Persiapan
berbicara secara formal yaitu:
a.
Memilih
topik pembicaraan
b.
Menentukan
tujuan, bahan, dan kerangka
Ø Menentukan tujuan
Ø Mengumpulkan bahan
Ø Kartu informasi
Ø Menyusun karangan
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Untuk dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara selayaknya memahami makna atau
segala sesuatu yang ingin disampaikan. Tiga faktor penting yang menentukan
keberhasilan seseorang ketika tampil berbicara di depan umum untuk kepentingan
apa pun, yaitu:
1.
Kesiapan
diri
2.
Kesiapan
materi
3.
Kesiapan
hadirin
Berbagai
jenis berbicara untuk keperluan akademik seperti, berbicara untuk presentasi,
berbicara untuk seminar dan berbicara untuk dalam situasi formal.
B.
Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari
materi makalah ini jadi penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau
isi dari makalah ini maka saran – saran kritik dari pembaca adalah penutup dari
semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk
memotivasi dan menyempurnakan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan
Berbicara Bahasa Indonesia. Bandung : Erlangga
Arifin, E. Zaenal dan SAmran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa
Indonesiauntuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Akapress
Kerf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah
Trigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar