Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Post Icon

Hakikat Beriman kepada Takdir Allah



BAB
PENDAHULUAN
 

A.    Latar belakang

            Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah  bahwa hakikat warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
            Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
            Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.
 
B.     Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan takdir dan apa saja aspek yang dikandungnya?
  2. Takdir dibagi menjadi berapa macam?
  3. Apa fungsi beriman kepada qada’dan qadar?
  4. Bagaimana ciri – ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
  5. Apa manfaat mengimani takdir-takdir Allah?
C.    Tujuan Makalah

     Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
  1. Untuk memahami hakikat takdir dan aspek yang dikandungnya.
  2. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir.
  3. Untuk memahami fungsi iman kepada qada’ dan qadar.
  4. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar.
  5. Untuk memahami manfaat beriman kepada takdir Allah.



BAB
TINJAUAN PUSTAKA
 

A.    Pengertian Takdir dan Aspek yang Dikandungnya

Takdir adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahuwata’ala bagi segala sesuatu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan hikmah yang diinginkan-Nya.Kalau kita berbicara takdir otomatis kita akan membahas qada’ dan qadar-Nya Allah. Qada’ menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar menurut bahasa artinya ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.  Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuanya yang telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali.
Iman kepada takdir ini mencakup empat aspek:
v  Aspek Pertama, mangimani bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik secara global maupun terperinci, baik yang berkaitan dengan perbuatan hamba-hamba-Nya.
v  Aspek Kedua, mengimani bahwa Allah Subhanahuwata’ala mencatat takdir di Lauh Mahfuudz. Mengenai kedua aspek tersebut, Allah Subhanahuwata’ala telah berfirman:
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuudz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. al-Hajj [22]: 70)
v  Aspek Ketiga, mengimani bahwa segala sesuatu tidak akan ada kecuali dengan kehendak Allah Subhanahuwata’ala, baik yang berkaitan dengan perbuatan Allah Subhanahuwata’ala maupun perbuatan makhluk-makhluknya. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perbuatannya, Allah Subhanahuwata’ala telah berfirman, “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan memilihnya.” (QS. al-Qashash [28]: 68).
Pada ayat lain Allah berfirman, “Dan memperbuat apa yang dia kehendaki,” (QS. Ibrahim [14]: 27).
Allah Subhanahuwata’ala juga berfirman, “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakinya.” (QS. ali-‘Imron [3]: 6)
Sedangkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan makhluk-makhluk-Nya, Allah Subhanahuwata’ala berfirman, “Kalau Allah Subhanahuwata’ala menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu, (QS. an-Nisa [4]: 90).
v  Aspek Keempat, mengimani bahwa segala sesutu yang ada di alam ini, baik dzat, sifat maupun gerakan-gerakannya adalah diciptakan oleh Allah. Allah Subhanahuwata’ala telah berfirman, “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu,” (QS. al-Furqon [25]:2).
Kemudian Allah Subhanahuwata’ala menjelaskan tentang sosok Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang berkata kepada kaumnya, “padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (QS. ash-Shaffat [37]:96)
 
B.     Macam-macam Takdir

Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah sejak zaman azali, tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya. Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq :
 
1.      Takdir Mubram

Dalam bahasa Arab, mubram artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak dapat dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang pasti berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia.
Contoh takdir mubram antara lain :
  a. waktu ajal seseorang 
  b. Usia seseorang 
  c. Jenis kelamin seseorang
  d. Warna darah yang merah
  f.Bumi mengelilingi matahari
  g.Bulan mengelilingi bumi

Jika Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan mati pada suatu hari, di suatu tempat, pada jam sekian, maka orang tersebut pasti akan mati pada saat dan tempat yang sudah ditentukan itu. Ia tidak akan bisa lari atau bersembunyi dari malaikat Izrail, meskipun ia berada di dalam sebuah tembok benteng yang sangat kokoh. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. an-Nisa : 78)

2.      Takdir Mu’allaq
Dalam Bahasa Arab, mu’allaq artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir mu’allaq berarti ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Dan hasilnya akhirnya tentu saja menurut kehendak dan ijin dari Allah SWT. Allah SWT. berfirman :
Artinya : “…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. ar-Ra’d : 11)

Beberapa contoh takdir mu’allaq antara lain adalah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus mengambil peran dan berusaha. Untuk menjadi pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.           
Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh dalam bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.
Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang giat sepenuh hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita citacitakan.

C.    FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR ALLAH SWT
Beriman kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
a)      Mempunyai semangat ikhtiar.
Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang murid akan bekerja keras agar biasa sukses, pedagang akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman :

Artinya:“ Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya  usahanya itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya).”(Q.S.An-Najm, 39-40)

b)      Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
     Dengan Percaya qada’ dan qadar , manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian –ujian yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memegang prinsip atau pedoman hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan, penderitaan, kesakitan dan kesengsaraan.Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tanpa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman :

Artinya: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, ’’kami telah beriman, ”dan mereka tidak di uji” (Q.S.AL-Ankabut,29:2)

c)      Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT.
Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT :

Artinya:“Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi rajiun’.(Q.S. Albaqarah,2:156)

d)     Tawakal
Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama, tawakal artinya berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha.  Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bkan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melaikan penyandaran diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar berdasarkan kemampuan maksimal.


D.    CIRI- CIRI ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR.  

a)      Qana’ah dan Kemuliaan Diri
Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.

b)      Cita-Cita Yang Tinggi
Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.

c)      Bertekad dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal
Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya.

d)     Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.

e)      Selamat Dari Kedengkian dan Penentangan
Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata.

E.     Manfaat mengimani Takdir-takdir Allah

Iman kepada takdir Allah memiliki sejumlah manfaat yang besar, di antaranya adalah:
1. Dengan beriman kepada takdir Allah Subhanahuwata’ala, seseorang akan selalu bersandar kepada Allah Subhanahuwata’ala ketika sedang melakukan hal-hal yang menjadi sebab dari keberhasilannya, dan ia tidak hanya bersandar pada sebab-sebab tersebut, karena ia mengetahui bahwa segala sesuatu berdasarkan takdir Allah Subhanahuwata’ala.
2. Dengan beriman kepada takdir Allah Subhanahuwata’ala, seseorang tidak akan membanggakan dirinya ketika berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, sebab keberhasilannya itu merupakan nikmat dari Allah yang dikaruniakan kepadanya karena ia telah melakukan hal-hal yang menjadi sebab bagi tercapainya suatu kebaikan atau kesuksesan. Ia menyadari bahwa sifat membanggakan diri dapat menyebabkan dirinya lupa bersyukur kepada Allah Subhanahuwata’ala atas nikmat tersebut.
3. Beriman kepada takdir Allah Subhanahuwata’ala dapat membuahkan ketenangan dan kepuasan batin  seseorang terhadap ketentuan-ketentuan Allah yang ditetapkan untuk dirinya, sehingga ia tidak akan merasa gelisah ketika tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang disukai atau yang tidak disukai, sebab ia mengetahui bahwa hal itu terjadi karena takdir Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan yang menguasai kerajaan langit dan bumi. Mengenai hal itu, Allah Subhanahuwata’ala telah berfirman, “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kita (Lauh Mahfuudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikan itu adalah mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikan itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”  (QS. al-Hadid [57]:22-23)



BAB
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.

B.     SARAN
            Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh karena itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah.




DAFTAR PUSTAKA



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

octaviadahill mengatakan...

Titanium Blades - Tektothe
Titanium Blade: Tektothe is a new design, titanium ion color and it is a sharpening tool that allows you to use titanium pan your blade blade for zinc oxide and titanium dioxide sunscreen maximum Titanium snow peak titanium flask Blade Stainless Steel Blade Stainless Steel Blade titanium wallet Stainless Steel Blade Stainless Steel

Posting Komentar